Friday, February 5, 2016

Hilangnya Budaya Kritis Pengguna Medsos

Foto : tempo.co
Sering kali kita menonton berita sebuah media massa baik itu televisi, koran, media online kemudian kita berpendapat lain dan  memuduh media tersebut telah menyebarkan fitnah dan memuntut mereka mengklarifikasi, mencabut beritanya dan meminta maaf atas kesalahannya. Bahkan akan ada yang lebih brutal lagi beberapa ormas ataupun kelompok menyerang kantor media massa tersebut.




Sebaliknya bagi para pengguna media sosial seperti kita, apakah kita pernah mengalami hal yg sama, men-share maupun informasi dan berita ataupun membuat status di media sosial (medsoS), namun beberapa waktu kemudian ternyata informasi, berita dan status yang kita bikin dan sebarkan itu tidak benar bahkan fitnah. Apakah kita pernah mengklarifaksi dan meminta maaf kepada follower kita bahwa kita telah salah karena menyebarkan berita yang tidak akurat atau bernuansa fitnah ?.

Hal kecil seperti ini sering kita abaikan dan lupakan dalam kehidupan bermedia sosial sehari-hari. Bahkan sering kita membela diri seakan-akan kita tidak tahu atau hanya men-share dan membuat status saja, kemudian kita mencari pembenaran-pembenaran atas kesalahan kita. Padahal mengireksinya kemudian meminta maaf adalah hal yang mulia karena manusia adalah tempatnya salah.

Menurut kamus besar bahasa indonesia kritis diartikan sebagai sifat tidak lekas percaya dan selalu berusaha menemukan kesalahan atau kekeliruan. Tentu begitu memprihatinkan bagi sebagian orang karena kurang kritis terhadap apa yang telah mereka sebarkan bahkan ada yang sama sekali tak membaca isinya hanya melihat judul saja langsung mereka sebarkan. Berhati-hatilah dalam menggunakan media sosial, jangan asal men-share sebuah berita apalagi blog pribadi yang isinya hanya berupa opini pribadi yang sangat subyektif dan kebanyakan hanya mencari sensasi guna meraih share yang banyak. Harus selalu diingat berapa banyak orang awam yang telah kita sesatkan ketika men-share info salah. Fatalnya mereka menelan mentah-mentah berita tersebut lalu menyebarkan kembali dan seterusnya.

"Sampaikanlah dariku meskipun 1 ayat". Begitulah wasiat Nabi Muhammad kepada umatnya, tapi yang disebarkan tentu bukan berita bohong dan fitnah melainkan ajaran-ajaran nabi ataupun hal yang bermanfaat bagi semua orang. Mari kita lebih teliti dalam menyebarkan sebuah informasi serta biasakan bertangung jawab apa yang telah kita perbuat, karena semuanya kelak akan diminta pertanggung jawabannya.

No comments:

Post a Comment