Thursday, November 10, 2016

Mengenang PMP / PPKN / Kewarganegaraan / PSPB

Begitu banyak kasus yang tidak pernah kita duga berawal dari penggunaan media sosial. Ketika sebagian orang memiliki etika bermedia sosial sangat rendah maka akan sangat berbahaya, karena akan menjadi penyulut besaran api yang akan berkobar. Dalam beberapa kasus yang pernah terjadi di negeri ini bermula dari media sosial seperti kerusuhan samapai seseorang harus mendekap di penjara.

Oleh karenanya, apabila kita mendapatkan informasi ataupun berita kita harus lebih cerdas dan bijak. Alangkah baiknya kita  membaca dulu sampai tuntas kronologinya, menelaah isinya, mengonfirmasi dahulu isi dari informasi tersebut jangan sampai kita ikut membagikan informasi yang belum jelas kebenaraanya sehingga menimbulkan efek yang negatif. Begitu pula ketika kita akan membuat status kita harus mempertimbangkan dulu efeknya.

Mudah terpancingnya emosi atau kerusuhan massa saat ini, mencerminkan bahwa ikatan emosianal sosial atau persaudaraan kita sebagai bangsa indonesia masih sangat rapuh. Apalagi musim menjelang pilkada seperti saat ini, banyak sekali saya perhatikan di medsos yang saling unfried atau menjadi perusak silaturahmi. Semua tak lain akibat ketidaksukaan tentang postingan-postingan dilingkaran pertemanannya yang dinilai sangat provokatif. Lebih fatal lagi, postingan tersebut menjadi penyebab kerusuhan akibat saling hasut.

Rasanya penting bagi kita untuk menumbuhan wawasan kebangsaan, toleransi dan persaudaraan ditengah kemajemukan bangsa kita. Kita harus sadar bahwa kita tidak boleh mudah diperalat atau diprovokasi sesama anak bangsa. Sudah bukan masanya lagi kita mempersoalkan kemajemukan bangsa ini karana kita telah dicengkram oleh garuda. Kita harus menyadari bahwa kita adalah sebangsa dan setanah air.

Dahulu ayahnya Megawati Soekarno Putri pernah berkata, “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” Perkataan ini seperti isyarat bahwa akan datang di mana sesama anak bangsa akan saling memandang sebagai lawan atau musuh karena adanya konflik kepentingan.
Melihat kondisi seperti ini, saya pribadi sangat merindukan munculnya sosok PAHLAWAN baru yang mampu merangkul dan menyatukan seluruh element bangsa ini yang mulai terlihat berkubu-kubu.

Bertepatan pada hari ini, sejarah telah mengukir bahwa tragedi 10 November 1945 di kota Surabaya mengingatkan kita tentang sosok heroik Bung Tomo yang dengan lantang berteriak mengusir penjajah dari bumi Indonesia. Dan pada tanggal ini juga ditetapkan sebagai Hari pahlawan Nasional yang selalu diperingatin setiap tahunnya.

Kalau dulu semasa SD, saya masih ingat para siswa diwajibkan menonton film “Surabaya 45”, waktu itu nonton bareng dilayar tancap dengan membayar karcis kalau tidak salah sebesar Rp. 150 atau Rp. 250. Tutur memperingati, saya mengucapkan :

SELAMAT HARI PAHLAWAN
  
Semoga kita bisa menjadi pahlawan yang dimulai dari lingkungan terkecil kita.

No comments:

Post a Comment